Kendala yang Dihadapi BDR
Dengan kondisi BDR ini terlebih bagi wali murid yang bekerja, akhirnya lebih terjalin komunikasi yang intens dan juga peningkatan hubungan emosional antara wali murid dan anak.
Meski kadang ada keterlambatan mengumpulkan tugas namun orang tua tetap menyempatkan diri untuk membantu anak mereka mengerjakan tugas dan memberikan dukungan. Jika sebelum pandemi ada tipekal wali murid yang menyerahkan 100% ke guru tentang proses belajar anak, tapi dengan seperti ini mereka jadi lebih tahu karena mereka terlibat langsung.
Kalau dulu lebih cenderung guru yang berperan, tapi sekarang orang tua mau tidak mau dituntut untuk mendampingi siswa.
Sementara kalau tatap muka guru dapat berinteraksi langsung dengan murid cukup lama, dari pagi sampai siang dari Senin hingga Jumat. Jadi, guru lebih mendalam mengenal siswa.
Mengetahui perubahan mereka sampai jadi benar-benar matang itu dirasakan guru. Perlahan tapi pasti siswa bisa mandiri.
Alasan guru tidak memberikan reviu atas tugas siswa, takut hal ini jadi sensitif dan tidak ingin membebankan siswa.
Berbeda dengan tatap muka, langsung dibenahi mana yang salah. Mengedepankan prinsip kebiasaan dan pembelajaran berulang.
Ada ketidakpuasan yang dirasakan guru dalam pelaksanaan BDR.
Dalam hal proses BDR (pada jam sekolah), peran guru digantikan wali murid. Mereka menjadi penghubung antara guru dan siswa.
Proses mendidik dan transfer pengetahuan yang seharusnya menjadi tugas guru, dilaksanakan juga oleh wali murid.
Sejatinya wali murid memang memiliki tangggung jawab untuk mendidik para siswa sebagaimana kewajiban orang tua kepada anaknya.
Namun pada kondisi ini, wali murid merasakan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tahapan jenjang pendidikan prasekolah yang ditempuh anak-anak mereka.