Apa Kata Pengamat Pendidikan Tentang Pola BDR?
Menurut Diana Pramesti, seorang Pengamat Pendidikan dari Universitas Muhammadiyah dan juga sekaligus Anggota Dewan Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengatakan, pola BDR akan berhasil berjalan dengan baik apabila lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat saling bersinergi.
“Ihwal positif dari pola kebijakan ini adalah orang tua dapat berperan lebih maksimal dalam mendidik anak sehingga orang tua dapat melihat dan merasakan langsung perkembangan anaknya terlebih di pendidikan prasekolah yang sangat membutuhkan kehadiran orang tua,” tutur Diana.
Selain itu, lanjut Diana, BDR memberikan kesempatan bagi para orang tua untuk meningkatkan dan menumbuhkan lagi karakter bagi anak agar terbentuk individu yangg unggul dan berkarakter sehingga siap untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Diana menambahkan, anak dididik dan dibentuk karakternya di lingkungan keluarga. Didukung pengembangan potensi dirinya melalui sekolah agar anak dapat mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari agar pembelajaran tersebut lebih bermakna.
“Seorang guru harus mampu mendesain pembelajaran yang inovatif dan kreatif, tidak sekedar memberi tugas melalui WAG saja,” lanjut Diana. Misalnya, lembar kerja siswa yang didalamnya memuat aktivitas pengamatan lingkungan sekitar siswa dan kemudian disiapkan lembar pengamatan sederhana yang dilaporkan melalui voice note atau video singkat agar selama BDR siswa tidak melulu hanya sekedar mengerjakan soal tetapi juga bisa diisi dengan kegiatan keterampilan di luar rumah.
Sebab, menurut Kurikulum 2013 pembelajaran itu sifatnya unity atau saling berkesinambungan antara kognitif, afektif dan psikomotorik. Setelah siswa mengerjakan tugasnya guru sebaiknya memberikan umpan balik berupa pujian, kata-kata motivasi agar siswa menjadi lebih bersemangat dalam melaksanakan kegiatan BDR di masa pandemi.
Ini sejalan dengan keinginan dan harapan Umi Marfuah sebagai wali murid. “Kami orang tua murid berharap sekolah bisa share video-video kartun edukasi sebagai salah satu alat bantu multimedia. Dengan alat berupa video tersebut, kami orang tua dapat membantu anak dengan misalnya membentuk kelompok kecil dengan teman sebaya mereka,” tuturnya.
Karena, lanjut Umi, meski di masa pandemi ini, anak-anak sesungguhnya tetap butuh teman belajar dan bermain meski di lingkungan rumah mereka. Selain tentu saja, tetap mengikuti protokol kesehatan seperti memakai masker dan cuci tangan setelah bermain sambil belajar tersebut.
“Pada hakikatnya pembelajaran pada lingkup pendidikan prasekolah yang nyaman, harus memperhatikan konsep bermain sambil belajar. Ini penting untuk kemajuan optimalisasi nilai agama dan moral, fisik dan motorik, kognitif, sosial dan emosional, bahasa serta seni sebagai aspek perkembangan anak usia prasekolah,” pungkas Diana.